Aku memandang hujan dari balik jendela sebuah kafe.
Aku melihat seorang gadis berlarian di tengah hujan,
dengan payung di tangannya.
Dia berteduh di teras kafe.
Dia seperti menunggu seseorang.
Kulihat sesekali bibirnya tersenyum kecil,
dia merapatkan kerah kemejanya
menghalau angin dingin yang menusuk-nusuk kulitnya.
Namun yang ditunggunya tak juga datang.
Kulihat matanya basah berkaca-kaca,
pasti bukan karena tetesan air hujan itu.
Dia menangis karena harapannya sia-sia.
Laki-laki itu tak pernah datang lagi.
Kusesap teh hijauku yang terasa pahit.
Aku seperti melihat bayangku, tiga tahun yang lalu.
Aku berlari di tengah hujan, dengan payung di tangan.
Berharap dia menyambutku dengan senyuman.
Namun hanya ada gerimis hujan dan air mata
yang turun tanpa permisi...
0 komentar:
Posting Komentar