Sabtu, 26 Desember 2015

Behind The Scene Buku Kumpulan Cerpen Wanita "Menikahlah Denganku"




Saya aktif menulis ketika saya mulai kuliah tahun 1991. Waktu itu belom PD mengirimnya ke beberapa media massa. Baru tahun 1992-an saya berani mengirimkannya, dan Alhamdulillah tahun 1993 cerpen pertama saya dimuat di Ceria Remaja berjudul "Kembang Jingga". Sampai akhir 1997, cerpen saya sudah berjumlah 48 buah yang Alhamdulillah, sudah dimuat di beberapa media seperti GADIS, Anita Cemerlang, Kawanku dan tentu saja Ceria Remaja.

Terbiasa menulis dengan gaya remaja, membuat saya tidak mahir dan tidak pernah mencoba untuk menulis cerpen untuk segmen wanita dewasa. Akhirnya saya mengikuti kelas Menulis Cerpen Wanita dengan guru yang super keren, Mba Nurhayati Pujiastuti. Saya digembleng habis-habisan dengan kritikan beliau yang mengatakan gaya penulisan masih jadul dan belom bisa fokus menulis. Harap maklum saya juga punya profesi sebagai Dosen Tetap di Fakultas Teknik UMC dan merangkap juga sebagai Sekretaris Fakultas.


Namun Alhamdulillah, dengan kemauan yang kuat disertai dengan bimbingan Mba Nur, saya akhirnya bisa menyelesaikan 8 buah cerpen dengan hasil yang memuaskan (menurut ukuran saya, haha...). Dengan semangat '45, ke -8 cerpen tersebut saya kirim ke berbagai media cetak seperti Femina, Nova, Good Housekeeping, Ummi dan Pesona. Namun mungkin karena belom rejeki, akhirnya saya bukukan ke-8 cerpen tersebut dalam Buku Kumpulan Cerpen yang berjudul "Menikah Denganku" berisi 8 cerpen dengan konflik dan permasalahan masing-masing wanita muda dan dewasa, dari masalah percintaan, persahabatan, KDRT dan lain-lain. 


Dimana ke-8 cerpen tersebut adalah:

1. Menikahlah Denganku: berkisah tentang persahabatan dua anak manusia bernama Ade dan Tio yang bersahabat mulai kecil sampai mereka menapaki karir masing-masing. Kisah percintaan mereka masing-masing tidak pernah sukses, sampai di usia mereka yang sudah tidak muda lagi, 35 tahun. Tiba-tiba saja Tio melamar dan itu membuat Ade 'marah' ketika Tio merancang pesta ultah bersama keluarga besar mereka dengan acara 'lamaran' yang terselubung.

2. Aorma Kopi: berkisah tentang sebuah aroma kopi yang berisi kenangan tentang masa dimana seorang laki-laki berdarah Daeng memperkenalkan sebuah cinta pada Senna, 11 tahun yang lalu. Dimana masa itu mereka habiskan bersama di sebuah kedai kopi untuk memulai hari. Namun takdir berkata lain, mereka berpisah karena ibu laki-laki itu tidak menyetujui kisah cinta mereka.


3. Tiga Cangkir Teh: berkisah tentang tiga wanita muda yang berprofesi sebagai seorang psikiater, sekretaris direksi dan arsitektur.

Mutiara seorang psikiater yang pernah diperkosa oleh kerabatnya sendiri, memendam masa lalunya dengan menjaga jarak pada seorang pria. Sampai pada saat dia mengambil program psikiatri dia terpikat pada seorang laki-laki Batak yang mengajaknya menikah namun dia memilih mundur karena takut pria itu akan tahu masa lalunya. yang berusaha membantu Kaulika dari kelainan orientasi seksual yang dialaminya.
Alamanda : seorang sekretaris direksi yang sudah mengorbankan segalanya atas nama cinta.
Kaulika : seorang arsitek yang memandang hidupnya bagai pecundang, karena merasa bapaknya tidak mengharapkan kehadirannya ke dunia. Yang diam~diam jatuh hati pada Alamanda.
Mereka disatukan oleh secangkir teh yang menghangatkan jiwa mereka dari rasa sepi...

The last one, buku ini bisa saya jadikan sebagai tonggak awal saya untuk menulis kisah untuk segmen wanita dewasa. Dan Alhamdulillah berhasil. Dari hasil penjualan by myself, hasilnya cukup memuaskan, hehe...

Tetap semangat dari hati denga penuh cinta...



Selasa, 22 Desember 2015

Sebuah Takdir





Kita tidak bisa mengelak dengan sebuah takdir yang bernama pertemuan. Bisa jadi, ketika itu semesta tengah bergembira sehingga kita bisa bertemu pada waktu dan tempat yang tidak bisa diduga sebelumnya.
Jika pada akhirnya kita harus berpisah, mungkin saat itu, semesta tengah bermuram durja, sehingga kita menapaki jalan dalam kesunyian.
Jika pada suatu seketika kita bertemu dalam jalan yang berbeda, mungkin saat itu semesta tengah mempermainkan hati kita yang nuansanya selalu berbeda setiap saat...