Senin, 13 Oktober 2014

Merindukan Hujan


Akhirnya wangi khasmu tercium juga
menebarkan aroma kerinduan
kali ini bukan kesedihan,
karena kami amat merindukan kehadiranmu

Lihatlah tanah kami telah kering
sudah tak ada lagi mata air yang tersisa
betapa daun-daun merindukanmu,
rindu akan tarian rinaimu

Kau mungkin marah pada kami
yang telah membuat bumi semakin gersang
sehingga kau pergi berbulan-bulan
sampai jejakmu tak berbekas lagi

Kini kau telah hadir,
selamat datang pelipur laraku.
Mari sejenak basahi bumi kami yang kering
yang panas oleh amarah dan nafsu belaka
Mungkin dengan kehadiranmu,
bumi akan kembali sejuk,
sesejuk angin yang datang bersamamu...

Saling Memandang


Mungkin angsa si buruk rupa memandang iri pada angsa putih cantik
yang tengah berenang mengepakkan sayapnya yang indah.
Mungkin anak burung memandang iri pada sekumpulan burung
yang tengah terbang membumbung tinggi menuju langit biru.
Mungkin seorang anak jalanan memandang iri pada sekelompok remaja
yang tengah menikmati sajiannya di sebuah resto yang sedang hip.
Namun tahukah bagi angsa si buruk rupa, jika si angka putih
merasa jenuh dengan kecantikan sayapnya.
Dia pun iri dengan si angsa buruk rupa yang bebas berenang
tanpa harus diawasi oleh sang buaya.
Tahukah anak burung, bahwa sekumpulan burung itu
pernah merasa lelah, dan ingin seperti anak burung
yang bisa tertidur di jeraminya yang hangat.
Namun tahukah anak jalanan,
bahwa sekelompok remaja itu memandang iri
pada anak jalanan yang bisa menikmati sebungkus nasi rames
walau hanya berlauk sepotong tempe dan sejumput mie goreng...
Karena mereka lupa merasakan enaknya sajian
saking seringnya mereka makan tanpa bisa menikmatinya lagi

Kamis, 09 Oktober 2014

Daftar Media Cetak yang Menerima Tulisan


Berikut Daftar Media Cetak yang Menerima Tulisan:
1. Kompas
opini@kompas.co.id, opini@kompas.com
Honorcerpen Rp 1400.000,- (tanpa potong pajak), honor puisi Rp 500.000,- (tanpapotong pajak–referensi Esha Tegar Putra), biasanya 2-3 hari setelah pemuatan,honor sudah ditransfer ke rekening penulis.

2. Koran Tempo
ktminggu@tempo.co.id
Honor cerpentergantung panjang pendek cerita, biasanya Rp 700.000,- honor puisi Rp600.000,- (pernah Rp 250.000,- s/d Rp 700.000, referensi Esha Tegar Putra), ditransfer 2 mingguan setelah pemuatan.

3. Jawa Pos
ari@jawapos.co.id
Honorcerpen Rp 1.000.000,- (potong pajak), honor puisi Rp 500.000,- (referensiIsbedy Stiawan Zs), ditransfer 1-2 minggu setelah cerpen/puisi dimuat.

CARA MENGIRIMKAN TULISAN KE RUBRIK GAGASAN KORAN JAWA POS
Rubrik Gagasan Jawa Pos berisi sebuah ide yang unik dilengkapi dengan solusinya ditulis sekitar 100-250 kata. Dikirim ke opini@jawapos.co.id dengan Subjek : GAGASAN : JUDUL TULISAN...

Di akhir tulisan cantumkan CV/Curiculum Vitae (data-data kita sebagai penulis). Jangan dalam file terpisah. Kebetulan saya kemarin mencantumkan data-data saya bukan dalam bentuk narasi.

Contoh CV/Data-data penulis yang harus dicantumkan untuk rubrik Gagasan Koran Jawa Pos:
Nama penulis:
Alamat lengkap:
No HP:
Alamat email:
NPWP: 
No rekening atas nama sendiri:

Honor sekitar Rp140.000,- (info dari Nurhayati Pujiastuti) dan pemuatan naskah di rubrik Gagasan tanpa pemberi tahuan. Bila naskah untuk Gagasan dalam waktu 5 hari tidak ada kabar berarti belum layak untuk dimuat.

4. Suara Merdeka
swarasastra@gmail.com
Kirimkancerpen, puisi, esai sastra, biodata, dan foto close up Anda. Cerpen maksimal10.000 karakter termasuk spasi. Honor cerpen Rp 300.000,- (potong pajak),honor puisi Rp 190.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi viaemail/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatancerpen. Bisa diambil langsung ke kantor redaksi atau kantor perwakilan redaksidi kota Anda—jika ada.

5. Media Indonesia
cerpenmi@mediaindonesia.com, cerpenmi@yahoo.co.id

Naskah cerpen maksimal 9.000 karakter. Honor pemuatan cerpen Rp 500.000,-dipotong pajak. (referensi dari Yetti A.Ka, Benny Arnas, Sungging Raga, dkk)

6. Republika
sekretariat@republika.co.id
Tidak adapemberitahuan dari redaksi terkait pemuatan cerpen. Sudah lama tidak memuatpuisi. Honor cerpen Rp 400.000,- (potong pajak), tetapi—pengalaman beberaparekan penulis, harus sabar menagih ke redaksi beberapa kali agar segera cairalias agak susah cair honornya.

7. Suara Karya
ami.herman@yahoo.com (email terbaru, diinformasikan redakturnya di grup CC)
Menurut redakturnya honor cerpen Suara Karya sudah naik jadi Rp 250.000,-(tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

8. Jurnal Nasional
tamba@jurnas.com, witalestari@jurnas.com
Honorcerpen Rp 400.000,- (potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untukkonfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

9. Pikiran Rakyat
khazanah@pikiran-rakyat.com
Honorcerpen Rp 300.000,- (tanpa potong pajak), hubungi bagian keuangan via teleponuntuk konfirmasi pencairan honor setelah 2-3 hari dimuat, honor ditransferseminggu setelah konfirmasi, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

10. Tribun Jabar
cerpen@tribunjabar.co.id, hermawan_aksan@yahoo.com

Selain ada cerpen berbahasa Indonesia setiap Minggu, juga ada cerpen bahasaSunda setiap hari Kamis bersambung Jumat. Honor cerpen Rp 200.000,- (tanpapotong pajak). Honor ditransfer 1 minggu setelah dimuat.

11. Kedaulatan Rakyat
naskahkr@gmail.com, jayadikastari@yahoo.com
Panjang cerpen maksimal 5.000 karakter dengan spasi. Honor cerpen Rp 400.000,-

12. Joglo Semar (Yogyakarta)
harianjoglosemar@gmail.com
Honorcerpen Rp100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

13. Minggu Pagi (Yogyakarta)
we_rock_we_rock@yahoo.co.id
Terbitseminggu sekali setiap Jumat. Honor cerpen Rp 150.000,- hubungi redaksi viaemail/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung kekantor redaksi.

14. Radar Surabaya
radarsurabaya@yahoo.com, diptareza@yahoo.co.id
Honorcerpen Rp 200.000,- (potong pajak) . Honor cair seminggu setelah dimuat.

15. Lampung Post
lampostminggu@yahoo.com
Menerimacerpen, puisi, dan esai. Honor cerpen Rp 200.000,- Honor puisi kalau tak salahjuga Rp 200.000,- Sekarang honor sudah ditransfer langsung oleh bagiankeuangan, paling lambat 1 minggu setelah dimuat. Jika belum, silakan emailbagian keuangan di emil_lampost@yahoo.com

16. Padang Ekspres
yusrizal_kw@yahoo.com, cerpen_puisi@yahoo.com
Honorcerpen Rp 100.000,- s/d Rp 125.000,- honor puisi Rp 75.000,- hubungi redaksivia email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggalpemuatan cerpen, bisa diambil langsung, atau minta tolong teman mengambilkanhonor ke kantor redaksi.

17. Haluan (Padang)
nasrulazwar@yahoo.com

Honorcerpen Rp 150.000,- honor puisi Rp 100.000,- hubungi redaksi viaemail/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatancerpen, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

18. Singgalang (Padang)
hariansinggalang@yahoo.co.id, a2rizal@yahoo.co.id

Honor cerpen Rp 50.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

19. Riau Pos
budayaripos@gmail.com, kabut.azis@gmail.com

Honor cerpen Rp 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

20. Analisa (Medan)
rajabatak@yahoo.com

Honor cerpen Rp 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

21. Sinar Harapan
redaksi@sinarharapan.co.id, blackpoems@yahoo.com

Honor cerpen Rp 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

22. Jurnal Cerpen Indonesia
jurnalcerpen@yahoo.com, jurnalcerita@yahoo.com

Honor cerpen Rp 250.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

23. Majalah Horison
horisoncerpen@gmail.com, horisonpuisi@gmail.com

Honor cerpen Rp 350.000,- honor puisi tergantung berapa jumlah puisi yangdimuat, biasanya dikirimi majalahnya sebagai bukti terbit. Hubungi redaksi viaemail/telepon untuk konfirmasi pencairan honor atau bisa diambil langsung kekantor redaksi, dan kadang honor dikirim via wesel jika tidak ada nomerrekening.

24. Majalah Esquire
cerpen@esquire.co.id

Honor cerpen Rp 800.000,- (potong pajak). Jika akan dimuat ada konfirmasi dariredaksi.


25. Majalah Suara Muhammadiyah
redaksism@gmail.com

Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

26. Majalah Ummi
kru_ummi@yahoo.com

Tema cerpen seputar keluarga dan rumah tangga. Honor cerpen Rp 250.000,-(dipotong pajak) ditransfer paling telat satu bulan setelah pemuatan. Adakonfirmasi jika akan dimuat.

27. Majalah Kartini
redaksi_kartini@yahoo.com

Honor cerpen Rp 350.000,- Sekarang honor ditransfer ke rekening penulissekitar 3 bulanan atau jika belum juga silakan hubungi redaksi via email atausosial media Kartini. Ada konfrimasi jika akan dimuat.

28. Majalah Alia
majalah_alia@yahoo.com

Honor cerpen Rp 300.000,- Ada konfirmasi pemuatan.

29 Majalah Femina
kontak@femina.co.id

Honor cerpen Rp. 850.000,- dan cair seminggu setelah dimuat. Ada konfirmasijika akan dimuat dan menanda-tangani surat pernyataan keaslian karya di atas matrai. Honor terakhir sudah naik. (Bisa ditanyakan pada Yulina Trihaningsih dan Nurhayati Pujiastuti)

31. Majalah Story
story_magazine@yahoo.com

Tema cerpen khas ala remaja/teenlit. Konfirmasi pemuatan cerpen via telepondari redaksi Story. Antrian pemuatan panjang, bisa 1-2 tahun. Honor cerpen Rp250.000,-

32. Majalah Gadis
GADIS.redaksi@feminagroup.com

Tema cerpen khas ala remaja/teenlit. Honor untuk Percikan (cerpen mini tigahalaman) Rp. 500.000,- Honor untuk Cerpen Rp 800.000,- ditransfer 2-3 minggusetelah majalah terbit.


33. Majalah Bobo
bobonet@gramedia-majalah.com

Honor cerpen Rp300.000 - Rp400.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasipencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.

36. Kompas khusus Cerpen Anak
opini@kompas.co.id, opini@kompas.com

Pada subjek email ditulis CERPEN ANAK: JUDUL CERPEN. Honor cerpen Rp. 300.000,-Resensi buku anak honor Rp 250.000,- Honor cair tiga hari setelah pemuatan.

37. Tabloid Nova
nova@gramedia-majalah.com

Honor cerpen Rp 388.000,- Honor ditransfer sebulan setelah dimuat.

38. Tabloid Cempaka (Jawa Tengah)
sontrotku@gmail.com

Honor cerpen Rp 135.000, harus ditagih ke redaksi. Ada konfirmasi pemuatan.

39. Inilah Koran (Jawa Barat)
inilahkoran@inilah.com, redaksijabar@inilah.com

Honor: Rp100.000 (mahasiswa) dan Rp150.000(umum). Lebih baik minta dicairkan pada teman yang berdomisili di Bandung.

40. Majalah HAI (Majalah Cowok)
cerpen_hai@yahoo.com

Dengan spesifikasi: panjang tulisan maksimal 6000 karakter (berikut spasi).
6000 – 9000 karakter, ketik 2 spasi, kertas folio/A4 format rtf.
Kirim via e-mail dengan subjek CERPEN
Terbit tiap Senin.

41. Majalah Aneka Yes!
aneka@indosat.net.id or yess_pals@yahoo.com dengan subjek FIKSI

-Cerpen maksimal 7 hlm folio spasi ganda
-Sertakan pernyataan cerpen orisinil dan belum pernah dipublikasikan danbermaterai
Jika dalam waktu 3 bulan tidak dimuat, berarti cerpen tak layak muat.

42. Majalah CHIC
cerpen_chic@yahoo.co.id

Cerpen metro-pop, ketik 2 spasi. Atau Maks. 9rb CWS halaman A4

43. Tabloid Gaul
tabloid.gaul@yahoo.co.id

cerpen teenlit, maks. 8 hal. Folio, ketik 1,5 spasi, sekitar 10.000 karakter+spasi

44. Majalah Kawanku
cerpenkawanku@gmail.com

Cerpen remaja, maks. 8 halaman A4, ketik 2 spasi.
Cantumkan identitas lengkap, alamat, dan nomor rekening
Jika 3 bulan tidak dimuat, berarti cerpen tak layak muat.

45. Wonder Teens
majalah.teen@gmail.com, majalah.teen2@gmail.com
Cerpen teenlit, maks. 6 hal A4, ketik1,5 spasi.

Selasa, 07 Oktober 2014

Hujan Sore Ini


Aku memandang hujan dari balik jendela sebuah kafe.
Aku melihat seorang gadis berlarian di tengah hujan, 
dengan payung di tangannya.
Dia berteduh di teras kafe.
Dia seperti menunggu seseorang.
Kulihat sesekali bibirnya tersenyum kecil,
dia merapatkan kerah kemejanya
menghalau angin dingin yang menusuk-nusuk kulitnya.
Namun yang ditunggunya tak juga datang.
Kulihat matanya basah berkaca-kaca,
pasti bukan karena tetesan air hujan itu.
Dia menangis karena harapannya sia-sia.
Laki-laki itu tak pernah datang lagi.

Kusesap teh hijauku yang terasa pahit.
Aku seperti melihat bayangku, tiga tahun yang lalu.
Aku berlari di tengah hujan, dengan payung di tangan.
Berharap dia menyambutku dengan senyuman.
Namun hanya ada gerimis hujan dan air mata
yang turun tanpa permisi...

Senin, 06 Oktober 2014

Musim Akan Berganti


Mata Inez melotot ke arah Katrin.
“Gila kamu. Masak nggak ikut. Gimana dengan klub pecinta alam kita?”
“Aku sudah menyerahkan semuanya kepada Gun. Dia juga berpengalaman dalam hal ini, Nez.”
     “Karena Wicak, kan? Trin, hanya karena seorang Wicak kamu mengundurkan diri dari kepemimpinan pendakian Gunung Ciremai kali ini. Mana Katrin yang aku kenal menghadapi persoalan apapun.”
          “ini soal perasaan, Nez. Walau sudah berpuluh momen pendakian gunung dan penjelajahan hutan kujalani tapi aku tetap saja cewek normal yang kadangkali bisa merasakan sakit hati. Cobalah mengerti, Nez”
          “Aku ngerti, Trin. Tapi aku tak ingin Wicak menertawakan kekalahanmu...”
          Katrin menggeleng kepala mungilnya dengan wajah lesu.
          “Sudahlah, aku tak peduli. Aku akan mengurung diri di lab. Membantu Prof. Pieter dalam suatu penelitian. Aku akan mencoba melupakan Wicak dengan kesibukan seperti itu. Kuharap kau mau membantu Gunadi mengurus pendakian Gunung Ciremai anak-anak kelas satu.”
          “Tentu saja. Akan kubantu semampuku. Tapi Trin, rasanya pendakian ini akan hambar tanpa tawa dan semangatmu...”
          “lho, kamu kok jadi sentimental sih, Nez? Sudahlah, aku percaya pendakian kalian ini akan berhasil walau tanpa aku,” Katrin mencoba memberi semangat. Inez mengangguk. Berusaha yakin dengan kata-kata katrin barusan.
***
          Katrin mengunci pintu lab dan memasukan kunci itu ke dalam saku sweaternya. Angin senja menyambutnya. Dingin. Kemudian menyerpa wajahnya yang putih bersih tanpa polesan apa-apa.
          Katin membayangkan kesibukan Gunadi dan Inez mengurusi anak anak kelas satu dalam pendakian gunung ciremai kali ini. Dia menghela napas berat. Betapa ingin dia menghirup udara segar di atas puncak Gunung Ciremai. Mencium bau tanah yang khas. Seakan sudah berabad abad tidak menginjakan jalan setapak menuju ke sana. Padahal baru tiga bulan dia vakum dari kegiatan pecinta alam.
          Rasanya baru kemarin Wicak datang kerumahnya dan mengaku terus terang atas permainan hatinya selama ini. Dia tidak sungguh-sungguh mencintai Katrin. Dia hanya bertaruh dengan kawan-kawannya untuk meraih hatinya. Gadis Gunung yang selalu beku dengan tawaran kasih ternyata tak sanggup menolak Wicak, cowok yang begitu pandai membius pesonanya.
          Katrin begitu sakit hati. Dia sudah terlanjur menyukai Wicak. Wicak yang manis, penuh peratian, berwajah tampan dan mempunyai tubuh atletis karena pemain basket yang handal disekolahnya. Ternyata dibalik semua itu dia menawarkan luka untuk Katrin. Tanpa dapat katrin duga sebelumya.
          “Halo, Nona Manis. Sudah selesai mencatat hasil penelitian?” Sebuah suara berat yang khas membuyarkan lamunanya tentang Wicak.
          Dibawah pohon Akasia Prof. Pieter tersenyum arif. Katrin mengangguk dengan pertanyaan Prof. Disamping Prof. Seorang cowok ternsenyum manis. Katrin membalas dengan gugup karena dia merasa tak mengenal cowok itu.
          “ini lho, Hang, Katrin yang selalu Papa ceritakan. Gadis gunung yang gila praktikum.”
          “Halo, Trin. Saya Hang, Putra tertua Prof. Papa banyak cerita soal kamu lho. Kayaknya Papa bangga banget punya murid secerdas kamu,” puji makhluk itu. “Saya kuliah di UNPAD jurusan Farmasi tahun ke empat...”
          “Ala, jangan suka promosi  kamu, Hang. Gak baik itu,” potong Prof.
          “Ugh, Papa ganggu aja,” cowok itu mendelik ke arah papanya. Prof tertawa riuh. Diacak acaknya rambut putra yang model cepak ala tentara itu.
          “Yah, jadi berantakan nih, Pa,” protes cowok itu dengan tawa bas.
MUSIM
AKAN
BERGANTI

Yang terdengar merdu di telinga Katrin.
Katrin menyaksikan pemandangan di depannya dengan mata tak berkedip. Betapa akrabnya hubungan seorang bapak dengan anak kesayangannya. Begitu terbuka dan demokratis. Katrin tidak pernah menemukan di keluarganya sendiri.
          Papa yang terlalu sibuk dengan tugasnya mengawasi pemboran minyak di sebuah perusahaan perminyakan  sehingga banyak meninggalkan keluarganya. Mama yang sibuk dengan berbagai arisan, acara-acara sosial dan kumpul-kumpul dengan para ibu kalangan menengah ke atas.
          Di rumahnya yang besar dan bagus, Katrin merasa kesepian. Karena itu dia lebih suka mengurung diri di lab membantu Prof dalam berbagai penelitian. Atau mengurusi klub pencinta alam di sekolahnya. Dengan kesibukan seperti itu Katrin merasa terhibur.
        “Trin,  kok malah diam? Cerita dong biar saya bisa denger suara kamu,”  Hang meliriknya dari kaca spion. Katrin mengangkat wajahnya. Bingung.  Di samping Hang yang merangkap sopir sore ini, Prof. tertawa riuh dengan kepolosan wajah Katrin. Seandainy beliau memiliki putri secantik dan secerdas Katrin seperti impian beliau selama ini, Prof. berjanji akan menyayanginya.
          “Sudahlah, Hang. Jangan ganggu Katrin. Dia sedang berbuka,”  lirik Prof. dengan sekulum senyum.  Katrin menundukkan wajah dalam-dalam. Saking akrabnya dia dengan Prof. Katrin selalu cerita jika dia punya masalah. Katrin menganggap Prof. seperti papanya sendiri.
          “Broken heart ya, Trin?” Tanya Hang.
          “Itukan biasa, namanya juga anak muda. Kayak kamu yang ditolak gurumu yang cantik itu waktu SMA kelas satu,”  Prof. terkekeh.
          “Ugh, Papa, jangan bongkar luka lama dong,” Hang tertawa ngebas lagi.
          Katrin di jok belakang cuma ngegeleng-geleng kepala dengan canda mereka yang penuh akrab. Tanpa sadar Katrin ikut dalam obrolan mereka  yang seru dan menyenangkan dalam perjalanan pulang menuju rumahnya.
*****

          Katrin sedang asyik meneliti hasil penelitian Prof. kemarin ketika telepon mendering nyaring. Katrin mengangkat telepon dengan mulut masih sibuk mengunyah sepotong sandwich.
          “Hai, Nez, apa kabar? Gimana pendakiannya, sukses, kan? Kapan pulang”
          “Tadi pagi. Dipercepat dari rencana semula. Abis anak-anak kelas satu itu banyak yang rewel. Ada yang kedinginanlah, terserang penyakit maag, sampai ada yang menyesal ikut pendakian. Aduuuuh, capek sekali aku dan Gun mengurusi mereka.”
          “Ceritain dong, Nez. Aku penasaran nih.”
          “Nanti deh ketemu hari Senin di sekolah. Soalnya aku masih capek.  Mana ransel belum kubongkar isinya. Kalau Mamah tahu habis deh aku kena marah. Udah dulu ya,  Trin. Sampai ketemu lagi. daaah!”
Katrin menutup horn telepon seraya melamun. Dia masih penasaran dengan cerita  Inez. Rasanya ingin buru-buru ke rumah Inez. Tapi kasihan, Inez pasti masih lelah. Lagi pula dua hari lagi sekolah dimulai. Dia bisa ngegosip sepuasnya dengan Inez.
“Non, ada Den Hang,” Mbok membuyarkan lamunannya.
“Tolong buat kan dua gelas es jeruk ya, Mbok. Sekalian kue coklat yang dibeli Mama kemarin.”
Mbok Yem mengangguk patuh. Katrin bergegas menemui Hang di serambi depan
Hang sore ini sudah rapih dengan kemeja lengan panjang dan jeans hitam. Hang sedang asik dengan Koran sore. Katrin memandangnya lama. Kalau saja Hang yang duluan datang untuk meraih hatinya. Seandainya bukan Wicak. Mungkin cerita sedih ini tidak terjadi.
Katrin menggelengkan kepala seraya menggigit bibirnya yang juga mungil. “Jangan mimpi, Trin. Hang datang hanya sebagai seorang kakak yang baik untukmu ,” Hatinya mengingatkan. Di Bandung sana dia pasti sudah mempunyai seorang gadis cantik jelita dan juga cerdas.
“Ada apa, Trin?” Tanya Hang seraya memiringkan kepalanya meneliti wajah gadis itu. Katrin menggelengkan dengan wajah bersemu merah. Untung ada Mbok Yem yang datang membawakan minuman dan kue coklat pesanan Katrin. Menetralkan kembali suasana.
“Nanti malam aku akan kembali ke  Bandung. Senin aku sudah mulai kuliah. Tapi tidak berarti kita tidak berhubungan lagi. Kita tetap berteman. Aku janji akan menulis surat buatmu. Aku akan cerita tentang dunia kampusku dan kamu juga harus berjanji membalasnya dengan cerita pendakian gunungmu atau hasil penilitian Papa di lab. Mau kan, Trin?”
Katrin mengangguk. “Kau dengar itu, Trin. Dia hanya menganggapnya teman yang baik.Jadi jangan berharap apa-apa,” hatinya mengingatkan lagi.
“Kau sudahberhasil melupakan seorang Wicak yang melukai hatimu, Trin. Jadilah Katrin yang dulu.Yang punya semangat mengurus klub pencinta alam dan menyibukkan diri dengan penelitian-penelitian Papa.Kamu mesti berjanji, Trin?”
Katrin mengangguk. Rasa percaya dirinya kembali pulih. Ditatapnya mata teduh Hang dengan rasa berterimakasih atas perhatian Hang yang tulus.
****

Kehidupan berjalan seperti semula. Katrin disibukkan kembali dengan pelajaran-pelajaran, buku-buku, PR-PR, tugas-tugas sekolah dan berbagai kesibukan lainnya. Katrin kembali aktif di klub pencinta alam sekolahnya. Dia telah berhasil mengubur sosok Wicak dalam dasar hatinya yang paling dalam.
Karena usaha Prof. Pieter, keluarganya kini terjalin harmonis. Papa lebih banyak meluangkan untuk Katrin dan Laras, adiknya. Mama lebih banyak di rumah mengajak kedua putrinya memasak atau membuat kue hobi lama Mama, dan hubungannya dengan Prof. tidak hanya antar guru kimia dan muridnya tapi juga Prof. menginginkan Katrin seperti anak sendiri.
          Katrin tetap berhubungan dengan Hang melalui surat atau telepon. Selama ini Hang mengisi kesepian hatinya dengan canda dan tawa Hang yang selalu hadir menyemarakkan suasana.
          Diam-diam Katrin berharap Hang datang tidak hanya sebagai sahabat yang baik tapi dia juga berharap Hang akan menawarkan kasih yang lain.
          Sampai kemudian sepucuk surat yang wangi datang. Dengan tidak sabar Katrin membukanya.

            Dearest: Katrin.
            Trin, aku minta maaf tak dapat pamit kepadamu. Aku sibuk mengurus transport, keperluan akademis, menugaskan jabatanku di Senat dan mengejar sisa-sisa SKS kuliahku. Trin, malam ini juga harus berangkat ke Jerman. Aku mendapat beasiswa dari kampus untuk melanjutkan memperdalam ilmu farmasi di Jerman.
            Kuharap persahabatan kita tidak akan putus karena perpisahan seperti ini. Kau tetap mau meluangkan waktumu untuk membalas suratku, Trin.
            Sebetulnya aku ingin ke Cirebon sebelum berangkat. Tapi aku tak punya waktu lagi, Trin. Ada sesuatu yang ingin ku katakan. Sudah lama sebetulnya. Ketika kita berjumpa pertama kali, aku sudah merasa jatuh hati kepadamu. Tapi aku ingin kau menyembuhkan lukamu dulu. Aku ingin kita berteman dan bersahabat dulu, saling mengenal hati kita masing-masing.
            Hampir sebulan kita bersahabat, aku yakin perasaanku tidak berubah.
            Tidak perlu cepat-cepat menjawabnya, Trin. Biarlah semuanya berjalan apa adanya. Kalau kau belum dapat membuka hatimu untukku, aku akan tetap menunggunya, Trin. Percayalah.
            Selamat tinggal, Trin. Jaga dirimu baik-baik. Sampai jumpa.
            Hangga

            Mata Katrin perlahan basah. Di dekapnya surat itu erat-erat. Ditatapnya sisa senja yang terlukis indah. Malam sebentar lagi tiba dan esok mentari datang melepas kepergian bulan.
          Hari datang dan pergi. Musim akan selalu berganti. Memberi nuansa yang berbeda untuk kehidupan. Seperti kehidupan Katrin dan Hang. J